Sekelompok suami berkumpul dan berbicara tentang poligami (ta’addud). Namun mereka takut ketahuan istri-istri mereka yg sering mencuri dengar pembicaraan mereka dari dalam rumah, maka para suami tersebut sepakat untuk menyingkat kata ta’addud menjadi ta’ad (yang sekilas terdengar menjadi ta’at) agar disangka oleh istri-istri mereka bahwa mereka sedang membicarakan tentang keta’atan kepada Allah dan bukan tentang poligami.
Diantara pembicaraan mereka adalah :…
Kita harus ta’at….
Kalau kita ta’at maka sebaiknya diam-diam lebih baik (lebih ikhlas)…
Kita harus mendukung ta’at…
Demikianlah pembicaraan mereka…tentang ta’ad sementara dud nya tdk pernah mereka ucapkan karena takut ketahuan
(Demikian tutur salah seorang dari kumpulan para suami tersebut kepada saya)
Seorang Guru Matematika Berbicara tentang Poligami di salah satu stasiun TV Arab :
Kalau dipikir, fungsi seorang istri untuk benar-benar melayani suami dalam setahun kira-kira hanya seratus hari (sepertiga tahun)
Hal ini disimpulkan dari 365 hari (setahun) – (dikurangi) masa haid (7×12) – waktu ziarohnya ke rumah ortunya/kerabatnya – masa sakitnya – kalau hamil? – masa nifasnya –
…. Intinya ada waktu-waktu yg istri tdk bisa melayani suami dgn baik, yang membuktikan butuhnya wanita/istri yg lain dalam memenuhi kekosongan tersebut.
Akan tetapi…., kami guru matematika hanya menghitung, yang mempraktekan poligami adalah guru agama (ustadz) bukan guru matematika..,
(Ini hanya tuturan sang guru matematika, bisa jadi teori dan penjumlahan yg ia utarakan tdk disetujui)